Halaman

Tentang Gerai Buku Bekas

Bantul, Yogyakarta, Indonesia
Ini adalah gerai maya buku-buku bekas: ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan sastra. Sebagaimana namanya, buku-buku ini memang 'bekas.' Artinya, pernah dipakai atau dibaca sebelumnya. Karena itu tak aneh kalau ditemukan di dalamnya nama dan tanda tangan si pembeli, tanggal pembeliannya, bahkan alamatnya. Yang menarik tentu juga bekas-bekas coretan si pembaca sebelumnya. Itulah istimewa sekaligus tidak istimewanya buku bekas ini. Kami melayani penjualan dan pembelian, baik secara online maupun langsung. Prosedur pemesanan bisa dilihat di bagian lain dari halaman ini. Kami juga siap membeli jika Anda ingin menjual buku bekas, baik secara satuan maupun borongan. SIlahkan kontak ke alamat seperti tercantum dalam kontak kami.

Kamis, 27 Oktober 2011

Umar Kayam: Mangan Ora Mangan Kumpul, Madhep Ngalor Sugih Madhep Ngidul Sugih, dan Sri SUmarah


Judul Buku      : Mangan Ora Mangan Kumpul
Penulis             : Umar Kayam
Pengantar         : Goenawan Mohamad
Penerbit           : Grafiti, Jakarta, cet.V, 1995
Tebal               : 458 hlm.
Ukuran             : 14,3 cm x 21 cm
Harga                 : Rp 35.000 TERJUAL!!!




Judul Buku      : Madhep Ngalor Sugih Madhep Ngidul Sugih
Penulis             : Umar Kayam
Pengantar         : Mohamad Sobary
Penerbit           : Grafiti, Jakarta, cet. 1, 1997
Tebal               : 434 hlm.
Ukuran             : 14,5 cm x 20,8 cm
Harga                 : Rp 40.000 (TERJUAL!)

Bagian ketiga dari kumpulan “Mangan Ora Mangan Kumpul”, esai-esai khas dan tipikal dari Umar Kayam, cendikiawan, cerpenis, dan budayawan terkemuka Indonesia.





Judul Buku      : Sri Sumarah (Kumpulan Cerpen)
Penulis             : Umar Kayam
Penerbit           : Grafiti, Jakarta, cet.3, 1995 (dengan tambahan)
Tebal               : 259 hlm.
Ukuran             : 13 cm x 20,5 cm
Harga                 : Rp 35.000 (TERJUAL!)



Umar Kayam dianggap sebagai salah seorang cerpenis terbaik Indonesia. Cerpen-cerpennya, seperti Sri Sumarah dan Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, telah menjadi klasik dalam sejarah sastra Indonesia karena kekuatan penggambaran dan pengucapannya.

1 komentar:

ike mengatakan...

Yang Sri Sumarahnya masih?